DASAR TEORI
HIDROSEFALUS
A. PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500 samapai 1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Hidrosefalus sering kali disertai kelainan bawaan seperti spinabifida. Karena kepala janin terlalu besar dan tidak dapat diakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang. Bagaimana letaknya disproporsi sefalofelvik dengan segala akibatnya.
B. ETIOLOGI
1. Kelainan bawaan
Gejala mungkin tampak dini pada kehidupan intrauteri atau telambat, beberapa bulan setelah lahir. Gejala mungkin tampak tiba-tiba (hidrosefalus akut), atau perlahan-lahan (hidrosefalus kronika). Insiden hidrosefalus congenital sekitar 8/10000 kelahiran. Penyebab hidrosefalus congenital pada kebanyakan kasus tidak diketahui (hidrosefalus idiopatik). Adapula yang mengatakan bahwa hidrosefalus congenital disebabkan oleh toksoplasmosis.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul pelekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS tergangu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus sylvii atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosefalus terjadi pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa bulan setelah sembuh dari meningitisnya.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis dapat terjadi disetiap tempat aliran CSS.
4. Peradarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen, terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
C. DIAGNOSIS
Pada janin letak kepala adanya hidrosefalus dapat dikenali dengan :
1. Palpasi
Teraba ukuran kepala yang besar diatas simfisis dan kepala tidak memasuki pintu atas panggul.
2. Ausklutasi
Karena kepala besar tidak dapat masuk ke PAP, maka kepala janin terdesak keatas dan DJJ terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari biasa atau diatas umbilical.
3. Pemeriksaan dalam
Teraba kepala yang besar dengan sutura yang dalam dan ubun-ubun yang luas, tulang kepala terasa tipis sekali sehingga dapat ditekan kedalam seperti menekan bola pingpong
4. Rontagen foto
Rontagen foto akan memberikan bayangan tengkorak kepala yang besar sekali dengan tulang-tulang yang sangat tipis. Diagnosis hidrosefalus pada letak sungsang lebih sulit dan sering ditemukan setelah dialami kesulitan dalm kelahiran kepala, dimana teraba kepala yang besar menonjol diatas simfisi.
Untuk menghindari kesalahan pada pemeriksaan rontagen foto harus diperhatikan beberapa hal :
1) Muka janin sangat kecil dibandingkan dengan tengkorak
2) Kepala berbentuk bulat, berbeda dengan kepala biasa yang berbentuk ovoid
3) Bayangan tulang kepala sangat tipis
5. Ultrasonografi
Tampak kepala yang besar dengan ukuran diameter biparietals yang lebar.
Selalu dipikirkan kemungkinan hidrosefalus bila :
1. Kepala tidak masuk pintu atas panggul pada panggul yang normal sedangkan his baik dan kepala teraba besar diatas panggul.
2. Kepala tetap dapat digoyangkan dan sangat lebar pada saat palpasi
3. Kepala janin teraba sebagai benda besar diatas simfisis
4. Nampak spina bifida pada tubuh yang lahir pada letak sungsang.
D. PROGNOSIS
Partus akan berjalan sulit dan bila tidak segera ditolong dapat terjadi rupture uteri, disebabkan kepala yang besar meregang segmen bawah rahim. Rupture uteri pada hidrosefalus dapat terjadi sebelum pembukaan lengkap. Bila diagnosis hidrosefalus terlewatkan, maka angka mortalitas ibu (AKI) akan sangat tinggi.
E. PENANGANAN
1. Kepala janin yang besar dikecilkan dengan jalan melakukan pungsi sisterna pada pembukaan 3-4 cm
Caranya adalah dengan menggunakan jarum pungsi spinal yang besar cairan dikeluarkan sebanyak mungkin dari dalam ventrikel. Jarum dimasukkan dengan tuntunan tangan supaya tidak salah jalan atau melukai jalan lahir.
2. Kalau pembukaan lengkap kerjakan perforasi atau kranioklasi
3. Pada letak sungsang akan terjadi after coming head, dilakukan perforasi dari foramen ovale untuk mengeluarkan cairan. Biasanya sesudah kepala jadi kecil janin akan mudah dilahirkan.
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN G1P0A0
DENGAN HIDROSEFALUS DI RSKT
I. PENGKAJIAN Tanggal : 30-10-2009 Jam : 10.30
A. Identitas
Nama : Ny.M Nama Suami : Tn.Y
Umur : 26 thn Umur : 30 thn
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : buruh
Alamat : Markoni Alamat : Markoni
B. Anamnese
Tanggal : 30-10-2009 Jam : 10.30 wita
Oleh : Bidan P
1. Alasan utama masuk kamar bersalin :
Ibu mengatakan hamil 9 bulan anak pertama, mengeluh perutnya mulas dan menjalar sampai kepinggang sejak pukul 06.00 WIB dan mengeluarkan lendir bercampur darah dari vagina .
2. Perasaan :
Ibu cemas dengan kelahiran bayinya
3. Tanda – tanda bersalin
Kontraksi uterus : Ada
Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit
Lamanya : 20 detik teratur
Lokasi ketidaknyamanan : daerah perut bagian bawah
3. Pengeluaran pervaginam : Blood show ( + ) Air ketuban ( + )
4. Riwayat kehamilan sekarang ;
HPHT : 21-01-2009
TP : 30-10-2009
Siklus : 28 Hari
ANC : Teratur + 7 kali di PKM
Keluhan lain : tidak ada
6. Riwayat Imunisasi ;
TT1 dan TT2 sudah diberikan
7. Riwayat kehamilan – persalinan yang lalu ;
Hamil ini
8. Riwayat penyakit
Ibu dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis / keturunan.
9. Pergerakan janin dalam 24 jam : Sering± 1 jam 1 x
10. Makan / Minum terakhir : Tadi pagi jam 09.00 WITA.
11. BAB Terakhir : kemarin pagi
12. BAK Terakhir : 2 jam lalu
13. Psikologis : Cemas
14.Keluhan lain : Tidak Ada
C. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status emosional : Stabil.
TTV : TD : 110/70 mmhg RR : 24 x / menit
P : 80 x / menit T : 36 oC
BB : sebelum hamil : 53 kg, sewaktu hamil : 65 kg
TB : 161 cm
Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok,
konstriksi rambut kuat, distribusi merata.
Muka : Oedema (-), tidak ada kloasma gravidarum.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Mulut dan Gigi : Mukosa mulut lembab, gigi lengkap tidak ada caries.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfa,
Vena jugularis, dan kelenjar getah bening.
Dada : Bentuk simetris, tidak ada retraksi, tidak teraba massa
Yang abnormal, putting susu menonjol, tampak
Hiperpigmentasi pada aerola, pengeluaran ASI (+).
Aksila : Tidak ada pembesaran.
Ektremitas : Tidak odema, tidak ada varises.
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada acites, tampak
Striae albikan.
Vagina : Tidak ada varises, oedema, luka parut, dan vistula.
Kulit : Turgor baik.
Palpasi
Leopold I : Tfu 39cm
Loepold II : teraba tahanan memanjang (punggung), teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)
Leopold IV : belum masuk pintu atas panggul (konvergen)
His + frekuensi 2 x 10 menit lamanya 20 detik
Auskultasi : DJJ (+) 144 x / menit, frekuensi teratur
Perkusi : R.Patella ka (+) / ki (+)
D. Pemeriksaan dalam
- Pendataran : 50%
- Pembukaan : 2cm ( H II )
- Selaput ketuban : ( + )
- Penurunan : 4/5
- Posisi : teraba ubun-ubun kecil, teraba kepala yang besar
dengan sutura yang dalam, tulang tengkorak sangat tipis
dan dapat ditekan
- Tali pusat : Tidak teraba
- Kesan panggul : Normal.
Pemeriksaan Lab dan USG :
- Rontgenologik :
Pada foto rontagen namapak kepala yang besar dengan tulang-tulang yang sangat tipis, tulang tengkorak tipis, garis batas tengkorak sangat tipis, garis batas tengkorak sangat tipis dan kurang jelas
- Ultrasonografi :
Tampak kepala yang besar dengan ukuran biparietalis yang lebar.
KALA PERSALINAN
KALA I
INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa | Dasar |
G1P0A0, hamil 39-40 minggu janin tunggal hidup intra uterin let-kep inpartu kala I fase laten dengan hidrosefalus | - Ibu mengatakan hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran - Ibu mengeluh perutnya mulas dan menjalar sampai kepinggang - Ibu cemas dengan kelahiran bayinya - HPHT : 21-01-2009 - TTV : § TD : 110/70 mmhg § RR : 24 x / menit § P : 80 x / menit § T : 36 oC - Palpasi § Leopold I : Tfu 39cm § Loepold II : teraba tahanan memanjang (punggung), teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas) § Leopold IV : belum masuk pintu atas panggul (konvergen) § His + frekuensi 2 x 10 menit lamanya 20 detik - Auskultasi : DJJ (+) 144 x / menit, frekuensi teratur - Rontgenologik : Pada foto rontagen namapak kepala yang besar dengan tulang-tulang yang sangat tipis, tulang tengkorak tipis, garis batas tengkorak sangat tipis, garis batas tengkorak sangat tipis dan kurang jelas - Ultrasonografi : Tampak kepala yang besar dengan ukuran biparietalis yang lebar. |
Masalah | Dasar |
Cemas Gangguan rasa nyaman : rasa nyeri adanya His | - Ibu terlihat gelisah dan menangis menahan rasa sakit bila his timbul - Ibu mengatakan mules pada perut bagian bawah dan menjalar sampai kepinggang - Ibu tampak gelisah dan menahan rasa sakit bila his timbul. His timbul teratur 2 x dalam 10 menit lamanya 20 detik |
Kebutuhan | Dasar |
1. KIE tentang : - Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa sakit - Nutrisi - Mengatur posisi ibu 2. Bantuan dari suami/keluarga/bidan untuk membantu memijat ibu 3. Support mental | - Dalam fase laten kala 1 - Ibu mengeluh rasa sakit dan nyeri pada pinggang dan perut |
LANGKAH III
MASALAH POTENSIAL DAN ANTISIPASI
Diagnosa potensial : partus lama
Antisipasi :
LANGKAH IV
MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan punksi pada janin sesuai diagnose
LANGKAH V
INTERVENSI
1.Observasi KU ibu
2.Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
3.Beri dukungan dan support mental
4.Beri KIE :
a. Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa sakit
b. Nutrisi
c. Mengatur posisi ibu
5.Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan punksi
LANGKAH VI
IMPLEMENTASI
1.Mengobservasi KU ibu
2.Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
- TTV :
§ TD : 110/70 mmhg
§ RR : 24 x / menit
§ P : 80 x / menit
§ T : 36 oC
- Palpasi
§ Leopold I : Tfu 39cm
§ Loepold II : teraba tahanan memanjang (punggung), teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)
§ Leopold IV : belum masuk pintu atas panggul (konvergen)
§ His + frekuensi 2 x 10 menit lamanya 20 detik
- Auskultasi : DJJ (+) 144 x / menit, frekuensi teratur
- Rontgenologik :
Pada foto rontagen namapak kepala yang besar dengan tulang-tulang yang sangat tipis, tulang tengkorak tipis, garis batas tengkorak sangat tipis, garis batas tengkorak sangat tipis dan kurang jelas
- Ultrasonografi :
Tampak kepala yang besar dengan ukuran biparietalis yang lebar.
3.Memberi dukungan dan support mental
4.Memberikan KIE tentang :
a. Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa sakit
Anjurkan ibu untuk tarik nafas yang panjang tiap ada his dan mengeluarkan melalui mulut dan ajarkan keluarga untuk melakukan masase pada daerah punggung ibu
b. Nutrisi
c. Mengatur posisi ibu
5.Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan punksi
LANGKAH VII :
EVALUASI
Tanggal : 30-10-2009 Jam 13.00 WITA
1. Hasil pemeriksaan telah dijelaskan pada ibu
2. Ibu bersedia melakukan apa yang dianjurkan oleh bidan
PENDOKUMENTASIAN
Tanggal : 30-10-2009 Pukul : 13.00 Wita
S :
- Ibu mengatakan hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran
- Ibu mengeluh perutnya mulas dan menjalar sampai kepinggang
- Ibu cemas dengan kelahiran bayinya
O :
- TTV :
§ TD : 110/70 mmhg
§ RR : 24 x / menit
§ P : 80 x / menit
§ T : 36 oC
- Palpasi
§ Leopold I : Tfu 39cm
§ Loepold II : teraba tahanan memanjang (punggung), teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)
§ Leopold IV : belum masuk pintu atas panggul (konvergen)
§ His + frekuensi 2 x 10 menit lamanya 20 detik
- Auskultasi : DJJ (+) 144 x / menit, frekuensi teratur
- Rontgenologik :
Pada foto rontagen namapak kepala yang besar dengan tulang-tulang yang sangat tipis, tulang tengkorak tipis, garis batas tengkorak sangat tipis, garis batas tengkorak sangat tipis dan kurang jelas
- Ultrasonografi :
Tampak kepala yang besar dengan ukuran biparietalis yang lebar.
A :
Diagnosa : G1P0A0, hamil 39-40 minggu janin tunggal hidup intra uterin let-kep inpartu kala I fase laten dengan hidrosefalus
Masalah : cemas
Kebutuhan :
1. KIE tentang :
- Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa sakit
- Nutrisi
- Mengatur posisi ibu
2. Bantuan dari suami/keluarga/bidan untuk membantu memijat ibu
3. Support mental
P :
INTERVENSI
1.Observasi KU ibu
2.Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
3.Beri dukungan dan support mental
4.Beri KIE :
d. Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa sakit
e. Nutrisi
f. Mengatur posisi ibu
5.Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan punksi
IMPLEMENTASI
1.Mengobservasi KU ibu
2.Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
- TTV :
§ TD : 110/70 mmhg
§ RR : 24 x / menit
§ P : 80 x / menit
§ T : 36 oC
- Palpasi
§ Leopold I : Tfu 39cm
§ Loepold II : teraba tahanan memanjang (punggung), teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)
§ Leopold IV : belum masuk pintu atas panggul (konvergen)
§ His + frekuensi 2 x 10 menit lamanya 20 detik
- Auskultasi : DJJ (+) 144 x / menit, frekuensi teratur
- Rontgenologik :
Pada foto rontagen namapak kepala yang besar dengan tulang-tulang yang sangat tipis, tulang tengkorak tipis, garis batas tengkorak sangat tipis, garis batas tengkorak sangat tipis dan kurang jelas
- Ultrasonografi :
Tampak kepala yang besar dengan ukuran biparietalis yang lebar.
3.Memberi dukungan dan support mental
4.Memberikan KIE tentang :
d. Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa sakit
Anjurkan ibu untuk tarik nafas yang panjang tiap ada his dan mengeluarkan melalui mulut dan ajarkan keluarga untuk melakukan masase pada daerah punggung ibu
e. Nutrisi
f. Mengatur posisi ibu
5.Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan punksi
EVALUASI
1. Hasil pemeriksaan telah dijelaskan pada ibu
2. Ibu bersedia melakukan apa yang dianjurkan oleh bidan
KALA II
LANGKAH II
INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa | Dasar |
G1P0A0 hamil 39-40 minggu janin tunggal hidup intra utersin let-kep inpartu kala II dengan hidrosefalus | - Ibu mengatakan perut semakin mules dan ingin mengejan - Ibu tampak meringis kesakitan - Vulva : membuka - Perineum : tampak menonjol - Anus : membuka - Pendataran: 100 %. - Pembukaan : 10 cm. - Selaput ketuban: pecah spontan, warna jernih, bau khas, ± 700 cc. - His : 5 x dalam 10 menit, lama 60 detik, intensitas kuat, interval 1-2 menit - DJJ : 139 x/menit |
Masalah | Dasar |
Cemas | Ibu tampak cemas menghadapi persalinan |
Kebutuhan | Dasar |
- Pimpin ibu untuk meneran yang efektif - Atur posisi yang nyaman saat meneran - Ajarkan ibu untuk mengatur nafas saat meneran | - Ibu takut dan cemas terhadap proses kelahiran - Pembukaan lengkap, pendataran 100 % - Inpartu Kala II |
LANGKAH III
DIAGNOSA POTENSIAL
Diagnosa potensial : ruptura uteri
Antisipasi : pimpin persalinan dengan cermat, apabila ditemukan peregangan segmen bawah uterus, persalinan harus diselesaikan dengan segera, dengan cara yang paling aman bagi ibu dan anak
LANGKAH IV
TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter
LANGKAH V
INTERVENSI
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Atur posisi yang nyaman untuk persalinan
3. Dekatkan alat-alat persalinan
4. Siapkan semua perlengakapan bayi
5. Anjurkan ibu untuk meneran bila ada his dan istirahat bila his hilang
6. Beri minum ibu saat his hilang
7. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
LANGKAH VI :
IMPLEMENTASI
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
- Vulva : membuka
- Perineum : tampak menonjol
- Anus : membuka
- Pendataran: 100 %.
- Pembukaan : 10 cm.
- Selaput ketuban: pecah spontan, warna jernih, bau khas, ± 700 cc.
- His : 5 x dalam 10 menit, lama 60 detik, intensitas kuat, interval 1-2 menit
- DJJ : 139 x/menit
2. Mengatur posisi yang nyaman untuk persalinan
3. Mendekatkan alat-alat persalianan untuk memudahkan tindakan
4. Mempersiapkan semua perlengkapan untuk menyambut bayi
5. Mengajurkan ibu untuk meneran bila ada his dan istrirahat bila his hilang
6. Memberikan minuman pada ibu saat his hilang
7. Membimbing minuman pada ibu saat his hilang
8. Membimbing ibu untuk meneran yang baik
9. Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
LANGKAH VII
EVALUASI
Tanggal : 30-10-2009 Jam 16.00 WITA
Bayi lahir spontan A/S 7/8 jenis perempuan BB : 3200 gr, PB : 51 cm, anus (+), KU ibu baik, TD 110/70 mmhg, Temp : 365 oC, Rr : 24 x/menit, P : 88 x/menit, luka perineum epis + 3 cm, dalam 2 cm, kontraksi + , TFU : 1 jari atas pusat perdarahan + 150 cc, Plasenta belum lahir.
PENDOKUMENTASIAN
Tanggal : 30-10-2009 Pukul :17.00 Wita
S :
- Ibu mengatakan perut semakin mules dan ingin mengejan
- Ibu tampak meringis kesakitan
O :
- Vulva : membuka
- Perineum : tampak menonjol
- Anus : membuka
- Pendataran: 100 %.
- Pembukaan : 10 cm.
- Selaput ketuban: pecah spontan, warna jernih, bau khas, ± 700 cc.
- His : 5 x dalam 10 menit, lama 60 detik, intensitas kuat, interval 1-2 menit
- DJJ : 139 x/menit
A :
- Diagnosa : G1P0A0 hamil 39-40 minggu janin tunggal hidup intra uterin let-kep inpartu kala II dengan hidrosefalus
- Masalah : Cemas
- Kebutuhan :
· Pimpin ibu untuk meneran yang efektif
· Atur posisi yang nyaman saat meneran
· Ajarkan ibu untuk mengatur nafas saat meneran
P :
INTERVENSI
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Atur posisi yang nyaman untuk persalinan
3. Dekatkan alat-alat persalinan
4. Siapkan semua perlengakapan bayi
5. Anjurkan ibu untuk meneran bila ada his dan istirahat bila his hilang
6. Beri minum ibu saat his hilang
7. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
IMPLEMENTASI
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
- Vulva : membuka
- Perineum : tampak menonjol
- Anus : membuka
- Pendataran: 100 %.
- Pembukaan : 10 cm.
- Selaput ketuban: pecah spontan, warna jernih, bau khas, ± 700 cc.
- His : 5 x dalam 10 menit, lama 60 detik, intensitas kuat, interval 1-2 menit
- DJJ : 139 x/menit
2. Mengatur posisi yang nyaman untuk persalinan
3. Mendekatkan alat-alat persalianan untuk memudahkan tindakan
4. Mempersiapkan semua perlengkapan untuk menyambut bayi
5. Mengajurkan ibu untuk meneran bila ada his dan istrirahat bila his hilang
6. Memberikan minuman pada ibu saat his hilang
7. Membimbing minuman pada ibu saat his hilang
8. Membimbing ibu untuk meneran yang baik
9. Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
EVALUASI
Bayi lahir spontan A/S 7/8 jenis perempuan BB : 3200 gr, PB : 51 cm, anus (+), KU ibu baik, TD 110/70 mmhg, Temp : 365 oC, Rr : 24 x/menit, P : 88 x/menit, luka perineum epis + 3 cm, dalam 2 cm, kontraksi + , TFU : 1 jari atas pusat perdarahan + 150 cc, Plasenta belum lahir.
KALA III
LANGKAH II :
INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa | Dasar |
P1A0 kala III | Ibu mengatakan perut mules - Plasenta belum lahir - KU baik, kesadaran : composmentis - Kontraksi uterus baik - TFU : 1 jari atas pusat - Perdarahan : 150 cc |
Masalah | Dasar |
Tidak ada | |
Kebutuhan | Dasar |
Tidak ada | |
LANGKAH III :
DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
LANGKAH IV :
TINDAKAN SEGERA
pemberian oxytocin
LANGKAH V :
INTERVENSI
1. Berikan injeksi oksitosin 10 IU IM, tetapi sebelumnya di informasikan pada ibu
2. Periksa tanda – tanda pelepasan plasenta
3. Lakukan manajemen aktif kala III ( PTT )
4. Periksa kelengkapan plasenta
5. Lakukan massage pada fundus uterus setelah plasenta lahir
6. Pantau jumlah pendarahan
7. Observasi keadaan umum dan TTV ibu
LANGKAH VI :
IMPLEMENTASI
1. Memberikan oksitosin 10 IU IM, tetapi sebelumnya memberitahukan kepada ibu bahwa ia akan di beri suntikan.
2. Memeriksa tanda – tanda pelepasan plasenta.
· Tali pusat memanjang
· Adanya perdarahan secara tiba-tiba
· Fundus naik
· Uterus membundar
3. Melakukan manajemen aktif kala III ( PTT )
- Memindahkan klem pada tali pusat 5 – 10 cm dari dalam
- Letakkan satu tangan di atas symphisis untuk menahan uterus, tangan yang lain memegang tali pusat.
- Saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dan dorong uterus ke arah dorso kranial
- Saat plasenta mulai ke luar anjurkan ibu agar tidak meneran,
lahirkan plasenta.
4. Memeriksa kelengkapan plasenta.
· Maternal:memeriksa kotiledon lengkap atau tidak
· Fetal : memeriksa insersi tali pusat
5. Melakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta lahir.
6. memantau jumlah perdarahan.
7. Mengobservasi KU Ibu dan TTV
LANGKAH VII :
EVALUASI Jam : 18.00WITA
Plasenta lahir spontan, lengkap panjang tali pusat 50 cm, berat 500 gr, diameter 20 cm, KU ibu baik, kesadaran composmentis TD : 100/70 mmhg, T/P 362 oC / 84 x /menit, Rr : 24 x/ menit, TFU : sepusat kontraksi uterus baik, bulat dan keras, pendarahan + 50 cc.
PENDOKUMENTASIAN KEBIDANAN
S : Ibu mengatakan perutnya terasa mulas
O : Plasenta belum lahir
- KU baik, kesadaran : composmentis
- Kontraksi uterus baik
- TFU : 1 jari atas pusat
- Perdarahan : 150 cc
A. 1. Diagnosa : Ibu P1A0 KALA III
a. Dasar : Ibu mengatakan perut mules
- Plasenta belum lahir
- KU baik, kesadaran : composmentis
- Kontraksi uterus baik
- TFU : 1 jari atas pusat
- Perdarahan : 150 cc
P :
INTERVENSI
1. Berikan injeksi oksitosin 10 IU IM, tetapi sebelumnya di informasikan pada ibu
2. Periksa tanda – tanda pelepasan plasenta
3. Lakukan manajemen aktif kala III ( PTT )
4. Periksa kelengkapan plasenta
5. Lakukan massage pada fundus uterus setelah plasenta lahir
6. Pantau jumlah pendarahan
7. Observasi keadaan umum dan TTV ibu
IMPLEMENTASI
1. Memberikan oksitosin 10 IU IM, tetapi sebelumnya memberitahukan kepada ibu bahwa ia akan di beri suntikan.
2. Memeriksa tanda – tanda pelepasan plasenta.
· Tali pusat memanjang
· Adanya perdarahan secara tiba-tiba
· Fundus naik
· Uterus membundar
3. Melakukan manajemen aktif kala III ( PTT )
- Memindahkan klem pada tali pusat 5 – 10 cm dari dalam
- Letakkan satu tangan di atas symphisis untuk menahan uterus, tangan yang lain memegang tali pusat.
- Saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dan dorong uterus ke arah dorso kranial
- Saat plasenta mulai ke luar anjurkan ibu agar tidak meneran,
lahirkan plasenta.
4. Memeriksa kelengkapan plasenta.
· Maternal:memeriksa kotiledon lengkap atau tidak
· Fetal : memeriksa insersi tali pusat
5. Melakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta lahir.
6. memantau jumlah perdarahan.
7. Mengobservasi KU Ibu dan TTV
EVALUASI
Tanggal :2 juni 2009 pukul 17.40 WITA
Plasenta lahir spontan, lengkap panjang tali pusat 50 cm, berat 500 gr, diameter 20 cm, KU ibu baik, kesadaran composmentis TD : 100/70 mmhg, T/P 362 oC / 84 x /menit, Rr : 24 x/ menit, TFU : sepusat kontraksi uterus baik, bulat dan keras, pendarahan + 50 cc.
KALA IV
LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa | Dasar |
Ibu P1A0 kala IV | Plasenta telah lahir spontan dengan diameter 20 cm, berat : 500 gr, panjang tali pusat 50 cm - TFU sepusat - Kontraksi uterus baik - Nyeri pada perineum - Perdarahan + 50 cc - TD : 100/70 mmhg - N : 84 x/menit - RR : 24 x/menit -T : 36 oC |
Masalah | Dasar |
Nyeri episiotomy | Ibu mengatakan nyeri pada perineum |
Kebutuhan | Dasar |
Informasi penyebab nyeri | Ibu mengatakan nyeri pada perineum |
LANGKAH III :
DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
LANGKAH IV :
TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
LANGKAH V :
INTERVENSI
1. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan
2. Periksa sekitar lubang vagina untuk mengetahui keadaan robekan epis
3. Lakukan anestesi local
4. Lakukan penjahitan luka episiotomi
5. Bereskan alat – alat dan rendam dalam larutan diskontaminasi
6. Bersihkan ibu dan kotoran lendir serta darah pada tubuh ibu dan tempat tidur
7. Beri ibu makan dan minum
8. Berikan KIE tentang kebersihan diri, gizi dan tanda – tanda bahaya pasca persalinan
9. Berikan kesempatan ibu untuk istirahat.
10. Observasi tanda – tanda vital
11. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
LANGKAH VI :
IMPLEMENTASI
1. Melakukan observasi kotraksi uterus dan perdarahan
2. Memeriksa sekitar lubang vagina
3. Melakukan anestesi local
4. Melakukan penjahitan epis lapis demi lapis jelujur
5. Membereskan alat – alat dan merendam dalam larutan dekontaminasi
6. Membersihkan ibu dari kotoran lendir dan darah pada tubuh ibu dan juga pada tempat tidur
7. Memberikan ibu makanan dan minuman
8. Memberikan KIE tentang kebersihan diri yaitu ;
* Perawatan Luka Epis :
- Dengan pemberian kasa betadine
* Gizi :
- Mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, & vitamin
* Tanda – tanda bahaya pasca salin
- Perdarahan yang berlebihan
- Demam
- Nyeri pada perut atu lochsa yang berbau busuk
- Kejang
9. Memberi waktu pada ibu untuk beristirahat
10. Mengobservasi tanda – tanda vital
11. Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
- Amoxycillin : 3 x 500 mg
- Inbion 1 x 1
LANGKAH VII :
EVALUASI
Tanggal :2 juni 2009 Jam : 18.25 Wita
* Ibu mengatakan badannya lebih segar
* Ibu memahami KIE yang di berikan
* Keadaan ibu baik TB : 110/70 mmhg P : 84 x/menit
Rr : 24 x / menit T : 365 oC
* Kontraksi uterus baik, TFU 1 jari bawah pusat
* Perdarahan + 50 cc
* Ibu dipindahkan ke ruang Nifas Mawar jam 19.00 WITA.
PENDOKUMENTASIAN KEBIDANAN
Tanggal : 2 juni 2009 Pukul : 18.25 WIB
S : Ibu mengatakan perut masih terasa mules
O :
- Plasenta telah lahir spontan dengan diameter 20 cm, berat : 500 gr, panjang tali pusat 50 cm
- TFU sepusat
- Kontraksi uterus baik
- Nyeri pada perineum
- Perdarahan + 50 cc
- TD : 100/70 mmhg
- N : 84 x/menit
- RR : 24 x/menit
-T : 36 oC
A. 1. Diagnosa
a. Ibu P1Ao partus spontan kala IV
Dasar :
Plasenta telah lahir spontan dengan diameter 20 cm, berat : 500 gr, panjang tali pusat 50 cm
- TFU sepusat
- Kontraksi uterus baik
- Nyeri pada perineum
- Perdarahan + 50 cc
- TD : 100/70 mmhg
- N : 84 x/menit
- RR : 24 x/menit
-T : 36 oC
P : INTERVENSI
1. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan
2. Periksa sekitar lubang vagina untuk mengetahui keadaan robekan epis
3. Lakukan anestesi local
4. Lakukan penjahitan luka episiotomy
5. Bereskan alat – alat dan rendam dalam larutan diskontaminasi
6. Bersihkan ibu dan kotoran lendir serta darah pada tubuh ibu dan tempat tidur
7. Beri ibu makan dan minum
8. Berikan KIE tentang kebersihan diri, gizi dan tanda – tanda bahaya pasca persalinan
9. Berikan kesempatan ibu untuk istirahat.
10. Observasi tanda – tanda vital
11. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
: IMPLEMENTASI
1. Melakukan observasi kotraksi uterus dan perdarahan
2. Memeriksa sekitar lubang vagina
3. Melakukan anestesi local
4. Melakukan penjahitan epis lapis demi lapis jelujur
5. Membereskan alat – alat dan merendam dalam larutan dekontaminasi
6. Membersihkan ibu dari kotoran lendir dan darah pada tubuh ibu dan juga pada tempat tidur
7. Memberikan ibu makanan dan minuman
8. Memberikan KIE tentang kebersihan diri yaitu ;
* Perawatan Luka Epis :
- Dengan pemberian kasa betadine
* Gizi :
- Mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, & vitamin
* Tanda – tanda bahaya pasca salin
- Perdarahan yang berlebihan
- Demam
- Nyeri pada perut atu lochsa yang berbau busuk
- Kejang
9. Memberi waktu pada ibu untuk beristirahat
10. Mengobservasi tanda – tanda vital
11. Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
- Amoxycillin : 3 x 500 mg
- Inbion 1 x 1
EVALUASI
Tanggal :2 juni 2009 Pukul :18.25
* Ibu mengatakan badannya lebih segar
* Ibu memahami KIE yang di berikan
* Keadaan ibu baik TB : 110/70 mmhg P : 84 x/menit
Rr : 24 x / menit T : 365 oC
* Kontraksi uterus baik, TFU 1 jari bawah pusat
* Perdarahan + 50 cc
* Ibu dipindahkan ke ruang Nifas Mawar jam 19.00 WITA.